Fear of Missing Out (FOMO), apakah termasuk gangguan jiwa ?

 

FOMO atau fear of missing out merupakan istilah yang ramai digunakan kaum muda akhir-akhir ini. FOMO adalah fenomena nyata yang sering terjadi dan membuat kadar kecemasan  seseorang meningkat secara signifikan. FOMO bisa menyerang siapapun, namun beberapa orang akan mempunyai resiko tinggi.

Berikut adalah informasi mengenai FOMO, dan bagaimana mengatasinya.

FOMO dikaitkan dengan perasaan tidak tenang ketika orang lain mempunyai hidup yang lebih baik, lebih menyenangkan, dan mempunyai banyak pengalaman dibanding dirinya. Hal ini menimbulkan perasaan iri dan akan memengaruhi opini-opini seperti membandingkan dirinya dengan orang lain. FOMO seringkali timbul diakibatkan oleh sosial media bergambar seperti Instagram dan Facebook. FOMO ditandai dengan semakin seringnya seseorang menghabiskan waktu di depan layar smartphone.

FOMO dapat menyebabkan dampak-dampak buruk bagi penderitanya. Berikut dampak buruk dari FOMO

  1. Memengaruhi Kesehatan mental

Pada dasarnya FOMO adalah sebuah kecemasan pada seseorang. Pada era serba digital, kecemasan seseorang akan semakin meningkat karena akses informasi menjadi lebih mudah sehingga paparan akan lebih banyak. Jika tidak segera diatasi, FOMO akan berkembang menjadi General Anxiety Disorder. Hal tersebut akan memengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang terutama konsentrasi, minat kerja, dan menjadi sulit tidur. Semakin berkembang, gangguan tersebut berubah menjadi gangguan somatoform yaitu gangguan ketidaknyamanan pada organ-organ tubuh seperti nyeri kepala, berdebar-debar, nyeri otot dan nyeri perut.

  1. Memengaruhi hubungan Sosial

Pada seseorang yang mengalami FOMO, akan mengalami emosi kurang stabil. Semakin lama FOMO dibiarkan, kecenderungan melontarkan kata-kata kasar akan semakin besar. Komentar-komentar yang tidak sepatutnya juga serong dilontarkan. Hal tersebut membuat orang sekitar akan mengurangi interaksi dan memengaruhi kinerja kelompok.

  1. Menjadi pribadi yang tidak membutuhkan orang lain

Pada seseorang yang mengalami FOMO, kecenderungan keinginan untuk bertemu orang lain akan menurun. Dikarenakan kurang adanya kepuasan terhadap apa yang mereka jalin dengan orang lain.

Cara mencegah FOMO

Pada dasarnya, sebuah ketakutan akan dapat diatasi dengan menikmati apa yang didapat saat ini. Maka kita harus melakukan JOMO (Joy of Missing Out). JOMO didefinisikan sebagai perasaan cukup terhadap apa yang didapatkan. Seseorang yang menerapkan JOMO cenderung akan lebih tenang dan santai tanpa takut melewatkan kesenangan bersama orang lain. JOMO dapat melatih seseorang untuk mengelola kegiatan dan obsesi salah satunya adalah membatasi penggunaan social media. Disamping itu, melakukan kegiatan lain selain melihat social media akan sangat membantu mengurangi FOMO. Lakukan hal-hal sederhana dan lakukan hoby yang menyenangkan. Susun jadwal atau rencana kedepannya sehingga kita mempunyai kesibukan yang dapat mengalihkan kita dari kecanduan social media. Bangun koneksi lebih dalam dengan orang-orang sekitar, sahabat maupun menghubungi teman lama.

Jika kecemasan berlanjut dan semakin memburuk, perlu dilakukan jadwal kunjungan ke psikolog atau psikiater agar segera mendapatkan penanganan.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *