Warna Ingus Kuning atau Hijau, Perlukah Minum Antibiotik?

Sumber gambar: Free Stock

Oleh: dr. Rona Hafida Heriyanto P.

Ingus atau lendir yang berasal dari hidung mungkin terkesan menjijikkan dan mengganggu, namun siapa sangka sebenarnya ingus memiliki peran penting dalam tubuh. Ingus adalah lendir yang dihasilkan oleh mukosa—atau bagian dalam hidung yang diproduksi setiap harinya sebanyak 500-600 ml. Cukup banyak, ‘kan? Sebagian besar akan kita telan dan akan masuk ke saluran cerna dan larut di dalamnya.

Lendir yang dihasilkan mukosa hidung ini berfungsi untuk melembapkan dinding mukosa dan udara yang kita hirup. Tak hanya itu, lendir ini berfungsi sebagai barier atau pembatas yang poten pada saluran napas bersama dengan komponen lainnya. Komponen-komponen inilah yang menangkap dan mencegah partikel atau kuman masuk langsung ke paru. Apabila terdapat kuman dalam jumlah banyak seperti saat mengidap flu, tubuh akan merespons dengan memproduksi lebih banyak lendir untuk menangkap dan membuangnya keluar.

Warna ingus dapat menjadi sinyal mengenai kondisi tubuh kita. Selain ingus yang berwarna bening, pernahkah Anda menjumpai ingus anda berwarna kuning atau hijau? Apakah artinya flu Anda sedang parah-parahnya? Apakah Anda perlu meminum antibiotik segera?

Saat tubuh diserang kuman, komponen pertahanan tubuh akan diproduksi secara besar-besaran, termasuk lendir dan di dalamnya terdapat sel darah putih. Sel darah putih ini yang akan ‘berperang’ secara langsung dengan agen-agen penyebab infeksi. Nah, sel darah putih akan mengeluarkan enzim dan di dalam enzim ini terdapat kandungan besi, sehingga memungkinkan ingus menjadi berwarna kuning atau hijau. Apabila ingus berada di dalam saluran napas lebih lama dan tak kunjung dikeluarkan—seperti saat sedang tidur, warnanya akan semakin gelap karena kandungannya yang semakin terkonsentrasi. Perlu diingat, kondisi ini tak hanya terjadi pada infeksi bakteri saja, melainkan virus juga.

Terdapat kondisi-kondisi di mana antibiotik sebaiknya dipertimbangkan, antara lain:

  • Saat infeksi bertahan lebih dari 10 hari, atau memburuk setelah seminggu
  • Lendir kental dan berwarna putih seperti pus/nanah
  • Demam tinggi yang tak kunjung membaik
  • Gejala berat yang tidak membaik dengan obat flu biasa

Warna ingus tak dapat menentukan diagnosis seseorang apakah menderita infeksi viral atau bakterial, diagnosis ditegakkan lebih kepada berapa lama dan apa saja gejala yang dialami. Masing-masing kasus pada setiap individu mungkin berbeda, sehingga perlu konsultasi kepada dokter mengenai penyakit Anda dan apabila akan memulai terapi antibiotik. Terlebih jika Anda memiliki gejala yang berat dan mengganggu seperti sesak napas dan demam yang tak kunjung turun.

Referensi:

Fahy, J. V., & Dickey, B. F. (2010). Airway mucus function and dysfunction. The New England journal of medicine, 363(23), 2233–2247. https://doi.org/10.1056/NEJMra0910061

Robert H. Shmerling, M. (2020). Don’t judge your mucus by its color, https://www.health.harvard.edu/blog/dont-judge-your-mucus-by-its-color-201602089129, diakses pada 8 Desember 2021 13:54

Team, F. (2021). What the color of your snot really means, https://health.clevelandclinic.org/what-the-color-of-your-snot-really-means/, diakses pada 8 Desember 2021 14:25

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *